Jumat, 23 November 2012

Investor Nyaman, Rakyat Tenteram




TULANG BAWANG PT Central Pertiwi Bahari (CPB) di Kecamatan Dente Teladas Tulang Bawang merupakan salah satu perusahaan yang sudah sekian lama menjalin kemitraan dengan baik pada masyarakat. Perusahaan bergerak di bidang perikanan ini sempat diakui keberhasilan plasmanya oleh sejumlah petani tambak di lingkungan atau sekitar perusahaan setempat.

Sistem plasma yang pernah menonjol adalah penyelesaian kredit plasma. Hal ini sempat menjadi suatu kebanggaan sejumlah pihak tidak terkecuali bagi Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang. Disamping itu, perusahaan yang terletak tidak jauh dari perairan Way Dente Teladas Tulang Bawang tersebut dinilai mempunyai peran penting dalam membantu mempromosikan Tulang Bawang sebagai daerah pendulang perikanan untuk daerah itu sendiri, maupun luar daerah. Dengan kata lain, PT Centralperiwi Bahari (PT.CPB) merupakan aset penting yang memiliki kontribusi positif.

Demikian diungkapkan Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Andi S Wira didampingi Kasubag Humas LIRA Tuba, Darsani. Ia mengatakan, pihaknya meminta agar semua pihak dapat menjaga PT. Centralpertiwi Bahari (PT CPB) selaku investor di bidang pertambakan udang. “Perusahaan memiliki peranan penting dalam membantu peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), selain itu perusahaan juga menunjukan ciri khas daerah itu sendiri, misalnya CPB artinya Tuba memiliki potensi perikanan. Contoh lainnya yakni SGC (Sugar Group Companies) sebagai daerah penghasil gula,” ungkap Darsani, Selasa (20/11).

Ditambahkannya, bilamana investor tidak diberikan kenyamanan, maka secara otomatis dapat menimbulkan gejolak yang merugikan. Suatu daerah akan kehilangan aset yang mendulang perekonomian suatu daerah. Dan masyarakat pun tidak akan lagi menikmati CSR (coorporate social responsibility). “Kami harap semua pihak dapat bahu membahu melakukan upaya memajukan daerahnya, dan masyarakat diharapkan tidak mudah terpancing dalam hal-hal yang dapat merugikan banyak pihak,” harapnya.

Lebih dalam ia menuturkan, saat ini banyak oknum-oknum yang kerap membuat kerancuan yang merugikan pihak-pihak perusahaan, hanya untuk kepentingan perorangan dan kebanyakan masyarakat yang tidak mengerti akhirnya menjadi korban.

Hal senada diungkapkan Ketua LSM Gabungan Elemen Masyarakat Lampung (Galang) Junaidi Romli yang menyatakan semua pihak harusnya dapat kompak menjaga stabilitas kenyamanan para investor yang ada di daerah Tulang Bawang “CPB saya kira memberikan dampak positif, sebab semenjak masuknya perusahaan itu, angka pengangguran di Tulang Bawang menjadi turun secara drastis,” ucapnya. (red)

New http://www.rakyatlampung.co.id/a

Foto http://www.cpp.co.id/

Baca Selengkapnya..

Minggu, 17 Juni 2012

PLASMA CPB UNTUK KALIAN RENUNGKAN

Mimpi P3UW Menyengsarakan Plasma

RAWAJITU TIMUR—Situasi dan kondisi di PT.Aruna Wijaya Sakti (AWS) semakin carut marut dan terus mencekam, sehingga kepastian usaha di eks pertambakan udang milik Gajah Tunggal Group itu, kian tak pasti. Ini adalah akibat dari ulah oknum anggota dan pengurus Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) Pimpinan Nafian Faiz.
Memburuknya sikon di AWS adalah buah dari aksi premanisme yang dilakukan oleh oknum petambak plasma dan pengurus P3UW, yang terus menerus merongrong dan mengobok-obok kelangsuangan dan kelestarian usaha budidaya udang dengan pola kemitraan terbesar di Asia itu.

Saat ini di AWS sudah tidak ada lagi usaha budidaya udang yang diupayakan dengan pola kemitraan. Yang ada saat ini adalah kegiatan tebar mandiri udang windu (Penaeus monodon), penjarahan assets petambak plasma yang ditinggal mengungsi, serta penjarahan perumahan dan perkantoran yang terpaksa harus dikosongkan menyusul semakin memburuknya sikon di AWS.

Nasib petambak plasma kian terpuruk

Nasib 7.200-an petambak plasma AWS kini benar-benar terparuk. Bukan hanya udang sisa budidaya yang dimafaatkan atau dibeli dengan harga murah oleh oknum petambak plasma dan pengurus P3UW. “Tambak yang terpaksa saya tinggal mengungsi ke Tatakota telah dijarah dan kemudian ditebari udang windu oleh petambak plasma lain, tanpa pemberitahuan, permisi, pamit atau izin ke saya dulu,” ujar Petambak Plasma Kampung Bumi (Dipasena) Sentosa Blok 01-08-12 Mulyono, tanpa mampu menyembunyikan kegeraman dan kesedihannya.

P3UW Pimpinan Nafian Faiz terbukti hanya menebarkan kehancuran di Pertambakan Udang Bumi Dipasena, Rawajitu Timur, Tulang Bawang. Apa yang diklaimnya sebagai “perjuangan” untuk menyejahterakan anggota, ujung-ujungnya hanya menyengsarakan anggota dengan jalan membohongi anggota.

Bagaimana tidak disebut menyengsarakan anggota, lha wong petambak plasma dipaksa/diusir untuk meninggalkan Blok/Kampung dengan ancaman dan kekerasan. “Cara-cara mereka mengusir kami sungguh tidak berperikemanusian dan biadab seperti yang terjadi di zaman PKI dulu,” ujar Ibu Marlina dari Blok 15 Kampung Bumi Dipasena Abadi, yang dibenarkan Ibu Nurminarsih dari Blok 08 Kampung Bumi Dipasena Mulya.

Nurminarsih selanjutnya mengatakan, “Saya pernah pulang ke Blok/Kampung saya. Penampungan air kami sudah disobek-sobek, bahkan kami mendengar langsung banyak tambak yang masih ada udangnya disuruh dibuang, dan ada juga yang disuruh dimatikan dengan Ponfos. Selain itu saya dan anak saya juga diusir, dikejar-kejar dan dilempari batu,” kata Nurminarsih sambil menangis. Kini Marlina dan Nurminarsih berada di pengungsian khusus untuk petambak plasma di Tatakota dan bergabung bersama 370-an orang pengungsi lainnya.

P3UW sudah tidak aspiratif

Petambak Plasma Blok 14-05-07 Manila sebagai anggota P3UW sangat sedih dan kecewa berat dengan ulah dan tindakan oknum P3UW Pimpinan Nafian Faiz yang dinilainya sudah tidak aspiratif dan tidak popular.

Alih-alih mau mempertanggungjawabkan langkah dan tindakannya, oknum Pengurus P3UW dibantu para oknum anggota, Satuan Tugas (Satgas), Koordinator Infra/Badan Pengurus Infra (Korin/BPI) dan Badan Pengurus Pusat (BPP) malah melarang 3.000an orang anggotanya untuk pulang ke Blok/Kampung, bahkan mereka mengusir anggotanya dengan ancaman dan kekerasan, hanya karena petambak plasma sebagai anggota P3UW meminta pertanggungjawaban pengurus P3UW pada Sabtu-Munggu (07-08/05) di Kantor Sekertariat P3UW.

Selain terpaksa harus mengungsi, ada juga yang kemudian memilih eksodus—pulang kampung—untuk mengamankan anak-istri dan harta benda mereka. “Saya memilih memulangkan anak-istri ke Gaya Baru, Lampung Tengah, untuk kemudian saya pribadi masuk lagi ke lokasi,” ujar tokoh Petambak Plasma Kampung Bumi (Dipasena) Sentosa Waluyo, yang dibenarkan oleh Sekam Bumi (Dipasena) Sentosa Rusman Efendi.

Hanya menjual mimpi

Apa yang kini sedang “diperjuangkan” oleh oknum anggota dan pengurus P3UW tidak lebih dari menjual mimpi yang sulit sekali untuk bisa diwujudkan. “Saya prihatin sekali dengan situasi di AWS saat ini. Karena apa yang dikerjakan oleh oknum anggota dan pengurus P3UW adalah kegiatan yang kontraproduktif dan menyengsarakan anggota. Apa yang dijanjikan oleh mereka adalah sebuah kebohongan besar,” ujar Petambak Plasma Kampung Bumi Dipasena Makmur Blok 10-52-06 Bangsawan.

Sementara mantan Kepala Kampung Bumi Dipasena Makmur Saefudin menjelaskan, “Mereka sedang bermimpi yang lebih baik, ternyata mimpi itu di siang bolong. Makanya kita minta pertanggungjawab atas mimpi-mimpi itu. Karena mimpi-mimpi itulah yang dijual oleh Nafian Faiz dari kampung ke kampung,” tegas Saefudin.
Mimpi-mimpi itu kata mantan Kepala Kampung Bumi Dipasena Abadi Edi Sunaryo adalah: (1) dijamin listrik ke pertambakan tak akan padam, (2) adanya investor baru, dan (3) hutang bulanan plasma (HBP) Rp.3 juta/bulan/petambak plasma.

Nasib pengungsi

Hingga memasuki minggu keempat, nasib petambak plasma AWS yang mengungsi di Tatakota, Bumi Dipasena, semakin memprihatinkan. “Kami sudah kehabisan bekal,” ujar mantan Ketua Forum BPK Se-Bumi Dipasena Haryono, yang dibenarkan oleh sesama petambak plasma yang pengungsi, seperti Umar Royik, Syafrozi, Tugiyono alias Sanca, Ari Aripin, Riza Hardiansyah, Muksin, Jiman, Turamin dan yang lainnya.
Sayangnya sampai sejauh ini keberadaan pengungsi petambak plasma AWS tidak juga mengetuk hati dan menggetarkan perhatian pemerintah. “Jangankan Bupati Tulang Bawang, Camat Rawajitu Timur juga tak peduli kepada nasib kami yang mengungsi ini, padahal kami ini rakyat dan warga Kecamatan Rawajitu Timur lho,” ujar mantan Ketua LMPK Kampung Bumi Dipasena Mulia Wibowo Santoso.
Ketika dihubungi lewat ke ponsel maupun via es-em-es perihal adanya pengusiran dan eksodos petambak plasma AWS, Camat Rawajitu Timur Amad, M.Pd., tidak juga memberikan jawaban.

DMI : itu melanggar agama

Kekacauan dan kehancuran pertambakan udang AWS juga sangat diprihatinkan oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia Rawajitu Timur Suraji. Dilihat dari sisi manapun tindakan oknum anggota dan pengurus P3UW tidak bisa dibenarkan, karena apa yang mereka lakukan benar-benar sudah melanggar aturan agama, pemerintah maupun undang-undang.
“Tindakan kawan-kawan oknum anggota dan pengurus P3UW sudah menyalahi norma hukum, sosial ataupun agama. Sayangnya siapapun tak bisa mencegahnya, termasuk pemerintah maupun petugas keamanan,” tegas Suraji.

“Terus terang saja kita takut sekali dengan adanya hukuman dari Allah, karena kita tuidak bisa menyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah,” ujar M.Ali seraya melanjutkan, “Kita ini berada di tepi pantai, kalau Allah marah dan menghukum kita dengan adzab-Nya yang datang dari laut. Maka dalam sekejap kita bisa lenyap. Seperti Nangroe Aceh Darussalam yang luluhlantak dalam sekejap diamuk tsunami,” papar Petambak Plasma Kampung Bumi Dipasena Jaya Blok 07-23-04 itu.

Berdampak ke karyawan

Dengan tidak beroperasinya AWS untuk sementara, juga merugikan karyawan. Tidak kurang dari 1.300 orang karyawan outsourcing dipekerjakan di pabrik pengolahan udang di PT.Centralpertiwi Bahari (CP Bahari) dan 3.000 orang yang lainnya terpaksa harus dirumhakan.

Sejumlah teknisi budidaya udang AWS dioptimalkan melalui mutasi permanen di PT.Wachyuni Mandira (WM) dan CP Bahari. “Karena di AWS sudah tidak ada lagi budidaya udang dengan pola kemitraan, sehingga teknisi budidaya yang ada kita optimalkan ke PT.Central Proteinaprima (CP Prima), yakni ke CP Bahari, WM atau ke tempat lain, berdasarkan permintaan dan kebutuhan,” tegas Kepala Sekertariat Divisi Aquaculture AWS T.H.E.Nugroho.

Bagaimana dengan 2.700-an karyawan tetap AWS lainnya? “Kita sedang mengumpulkan data untuk mengetahui berapa kebutuhan karyawan di setiap anak perusahaan CP Prima. Selanjutnya karyawan ini akan kita optimalkan melalui mutasi permanen, dan sisanya tetap standby di AWS sampai ada kebutuhan/permintaan lagi, atau ada keputusan lebih lanjut,” ujar Head of Human Capital AWS Ahmadi. (TAN, dari Pertambakan Udang Bumi Dipasena).


Pertambakan Udang Dipasena Itu…Kini Hancur Kembali…!!!
Buntut Aksi Premanisme P3UW

RAWAJITU TIMUR—Ketua Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) Nafian Faiz alias Juragan, telah terbukti dengan syah terlibat dan menjadi otak unjukrasa petambak plasma yang berakhir anarkis di PT.Aruna Wijaya Sakti (AWS), 2 September 2010. Bahkan Nafian Faiz (NF) juga terbukti secara meyakinkan menjadi motor penggerak pengeluaran udang secara paksa pada orasi penyambutannya di Perempatan Tanggul Penangkis, setelah NF mendapatkan status Tahanan Kota. Atas kerja intelektual, keikutsertaan, andil dan ulahnya itu, Selasa, 28 Juni 2011, oleh Pengadilan Negeri Menggala NF divonis 2,5 tahun dan NF menyatakan banding.
Namun yang ingin dipaparkan di sini, adalah kehancuran di muka Bumi Dipasena, yang kini sudah merembet, menjalar dan merambah ke mana-mana. Kehancuran itu diawali dengan tidak beroperasinya AWS untuk sementara waktu, sehingga tidak kurang dari 7.200-an petambak plasma tidak lagi membudidayakan udang dengan pola usaha kemitraan. Kesempatan berlian bagi petambak plasma, karyawan dan pihak lainnya untuk meraih kemakmuran dan kesejehteraan dari membudidayakan udang melayang sia-sia.

Menyengsarakan Anggota

Karena murni bisnis dan tidak adanya budidaya udang pola usaha kemitraan, secara otomatis hutang bulanan plasma (HBP), sisa hasil usaha (SHU), persiapan tambak tebar dan tebarpun terhenti dengan sendirinya. “Dan yang paling kami rasakan adalah mati lampu, sehingga bila malam Bumi Dipasena dari Blok 00 sampai dengan Blok 15 gelap gulita. Semua ini adalah ulah premanisme oknum anggota dan pengurus P3UW, yang berdalih untuk memperjuangkan kesejahteraan anggota, akan tetapi faktanya malah menyengsarakan petambak plasma,” ujar mantan Kepala LMPK Bumi Dipasena Mulya Wibowo Santoso, yang dibenarkan mantan Koordinator Infra Badan Pengurus Infra Bumi Dipasena Makmur Juanto.


“Kalau benar P3UW ingin menyejahterakan anggotanya, keberhasilan petambak plasma dalam membudidayakan udang yang sudah terbukti itulah yang seharusnya didukung dan dilestarikan, karena kenyataannya petambak plasma yang sudah budidaya dengan intensif hasilnya sudah bisa dirasakan,” tegas mantan Koordinator Infra Badan Pengurus Infra Bumi Dipasena Sentosa Adi Santoso, yang dibenarkan Kakam Bumi Dipasena Sentosa Suyono. “Kemakmuran dan kesejahteraan itu kini musnah sudah, karena telah berganti dengan kesengsaraan dan penderitaan yang benar-benar memprihatinkan,” tegas Suyono.

Bumi Dipasena yang mulai memperlihatkan sinar terang keberhasilan dalam membudidayakan udang itu, kini kembali tidak kondusif, bahkan anak-anak sekolah/pelajar pun banyak yang memilih sekolah di luar Bumi Dipasena, karena tidak ada yang bisa memprediksi situasi AWS yang seperti ini akan berlangsung sampai kapan? “Yang penting dan utama buat kami sekarang ini adalah menyelematkan keluarga dan mengurus anak sekolah dulu,” papar mantan Sekam Bumi Dipasena Sentosa Rusman Efendi.

Terancam Terlantar

Puluhan ribu kolam udang kini kembali terlantar, bahkan sudah banyak yang mulai ditinggalkan petambak plasma dan mengarah kembali jadi hutan dan rawa. Budidaya udang dengan tebar mandiri yang digadang-gadang oleh P3UW, belum memperlihatkan keberhasilan, sementara investor baru yang sanggup memberikan HBP Rp.3 juta per bulan, sampai kini belum ada tanda-tandanya. Banyak petambak plasma yang mulai sadar bahwa itu adalah mimpi-mimpi indah yang sengaja dijual oknum anggota dan pengurus P3UW untuk melenakan petambak plasma. “Investor baru dengan kesanggupan memberikan HBP Rp.3 juta per bulan, tak lebih dari mimpi indah dan propaganda oknum anggota dan pengurus P3UW untuk menghancurkan AWS,” tegas mantan Kakam Bumi Dipasena Abadi Edi Sunaryo.

Bila kita melihat hamparan tambak dari sebuah ketinggian, atau dari jembatan yang membentang di atas kanal main outlet, kita tak akan lagi menemukan tarian air dari perputaran kincir yang gemulai menyuplai oksigen terlarut untuk udang. Aktifitas petambak plasma memberi pakan, sipon, budidaya, panen dan yang lainnya, sudah tidak lagi dikerjakan. AWS tampak begitu sepi, lengang, senyap, memprihatinkan dan menyedihkan, menyusul cerita tragis kelumpuhan dan kisah duka kehancurannya yang menguras air mata.

Karyawan Di-PHK

Apalagi sejak Jum’at-Sabtu (01-02/06/2011), pemikiran dan kecemasan yang sempat dilontarkan Zulkarnaen Harahap dari Human Capital PT.Central Proteinaprima (CP Prima), terkait dengan diberhentikannya operasional AWS untuk sementara waktu, potensial memberangus karyawan dan ternyata itu benar terjadi.
Dalam dua hari kemarin 1.684 karyawan di-PHK, sementara 747 karyawan lainnya telah dimutasi ke anak-anak perusahaan CP Prima. Duka dan kesedihan pun semakin melebar. “Ini adalah dampak lain dari berhentinya operasional AWS, akibat dari ulah premanisme oknum anggota dan pengurus P3UW,” kata Zulkarnaen, yang dibenarkan oleh Head of Human Capital Service-AWS Ahmadi.

Lumpuhkan Bisnis dan Perekonomian

Berhentinya operasional AWS untuk sementara juga membuat kegiatan ekonomi dan bisnis menjadi terganggu, bahkan lumpuh. Tidak usah jauh-jauh mencari contoh sampai ke pasar-pasar yang bertebaran di delapan kampung dalam Kecamatan Rawajitu Timur. Di Pasar Tatakota saja, kelumpuhan itu terlihat nyata. Mayoritas toko dan warung di Pasar Tatakota sudah tutup, dan yang masih bertahan juga sudah sepi dan banyak kehilangan pembeli. “Usaha dagang kami ini sekarang boleh dibilang hidup segan dan mati tak mau. Sekarang ini sungguh sepi. Setelah pabrik pengolahan udang tutup, serta karyawan outsourcing maupun karyawan tetap banyak yang dimutasi dan yang terbanyak di-PHK, AWS kian bertambah sepi. Padahal merekalah pembli dan pelanggan utama kami,” keluh Supri, salah seorang pedagang di sudut Tatakota.
Merambah Kampung Penyangga

Duka dan kelumpuhan AWS juga jauh menjangkau sejumlah kecamatan di Kabupaten Tulangbawang, yakni Kecamatan Rawajitu Selatan, Kecamatan Rawajitu Utara, Kecamatan Penawartama dan yang lainnya, karena omzet penjualannya terus menurun drastis. Contohnya di Pasar Gedung Karyajitu. “Pedagang di Pasar Gedung Karyajitu banyak yang mengeluh dengan turunnya omzet penjualan mereka akibat dari kemelut di AWS yang dimotori oleh oknum anggota dan pengurus P3UW,” aku Kakam Gedung Karyajitu Agus Nurohman.

Lebih lanjut Agus Nurohman menjelaskan, dengan AWS ditutup untuk waktu yang tak dapat dipastikan, jelas ini mempengaruhi kegiatan ekonomi dan bisnis di sejumlah kampung dan kecamatan penyangga. “Apakah ini juga dipikirkan oleh oknum anggota dan pengurus P3UW? Jelas tidak! Logika saya anggotanya saja dibuat sengsara, gimana oknum anggota dan pengurus P3UW mau memikirkan kesejahteraan dan kemakmuran warga kampung dan kecamatan penyangga?” demikian Agus Nurohaman.
Aksi premanisme oknum anggota dan pengurus P3UW yang baru-baru ini diperlihatkan adalah menarik uang sewa kepada petani penggarap lahan pertanian tumpang sari di lahan Infra Tatakota arah Tanah Merah yang digarap warga kampung penyangga.
Komplik Horizontal

Juanto melihat kini konflik di AWS sudah horizontal antar petambak plasma, sehingga orang lain yang tidak punya kepentingan dengan permasalahan dan kemelut di AWS dipastikan tidak akan bisa menyelesaikannya. Yang bisa menyelesaikannya adalah petambak plasma AWS sendiri. “Caranya bukan dengan bersikap diam, takut, pasrah atau pulang kampung untuk sementara, akan tetapi berhentilah bermimpi manis sebelum tidur di siang bolong, gunakan logika dan pakailah akal sehat dengan minta pertanggungjawaban atas janji-janji manis anggota dan pengurus P3UW,” kata Juanto.
Kini AWS sudah lumpuh, bahkan hancur. “Sementara solusi yang ditawarkan oknum pengurus P3UW satu pun belum ada. Contohnya tindak lanjut setelah AWS lumpuh dan hancur belum ada, dan ketika perihal itu ditanyakan, jawaban pengurus P3UW adalah ‘kita tunggu keputusan pemerintah’. Pertanyaan kami keputusan pemerintah yang mana yang ditunggu, orang pemerintah sendiri sudah bilang tak ada investor yang dipastikan tertarik dengan AWS, apalagi AWS masih punya CP Prima,” urai Juanto.
Tampaknya upaya-upaya yang dilakukan oleh oknum pengurus P3UW itu adalah usaha membela diri untuk pembenaran dengan menebar fitnah guna meraih simpati anggota. “Misalnya untuk petambak plasma yang tak sehaluan dan kini mengungsi dibilang mendapat fasilitas dari Inti/Perusahaan dalam jumlah besar, dan itu sesungguhnya tidak benar. Yang benar fitnah itu dihembuskan untuk menciptakan kebencian kepada kami,” demikian Juanto. (TAN, dari Kawasan Pertambakan Udang Bumi Dipasena).

pertambakan-udang-dipasena-itukini-hancur-kembali

Karean Ulah P3UW: Sinar Terang di AWS Redup Kembali
RAWAJITU TIMUR—Semenjak Dipasena Group diambilalih dari PT.Perusahaan Pengelola Asset (Persero) oleh Neptune Consortium (NC) dengan motor utama penggeraknya PT.Central Proteinaprima (CP Prima), langsung dilakukan revitalisasi di semua lini, tidak terkecuali tambak udang PT.Dipasena Citra Darmaja (DCD), yang kemudian dalam perjalanannya berganti nama menjadi PT.Aruna Wijaya Sakti (AWS).

Dipasena Group diantaranya terdiri dari tambak udang DCD, tambak udang PT.Wachyuni Mandira (WM), pabrik pakan PT.Bestari Indoprima (BIP), maskapai pelayaran PT.Mesuji Pratama Line (MPL), balai benur PT.Birulaut Khatulistiwa (BLK) dan balai benur PT.Triwindu Graha Manunggal (TWM).

Revitalisasi yang dimaksud oleh CP Prima, adalah mengoperasikan tambak udang AWS yang tadinya terbengkalai (bongkor) menjadi produktif kembali dengan standard layak budidaya. Sementara petambak plasma—utamanya yang digembar-gemborkan oknum anggota dan pengurus Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) Pimpinan Nafian Faiz—mendefinisikannya berbeda. Yang dimaksud dengan revitalisasi versi mereka adalah perbaikan tambak dengan infrastruktur pendukungnya secara total.

Dirongrong aksi premanisme

Sayangnya usaha menghidupkan kembali Kerajaan Tulang Bawang melalui industri budidaya udang terpadu yang ramah lingkungan ini, terus diganggu dan dirongrong oleh aksi premanisme oknum anggota dan pengurus P3UW Pimpinan Nafian Faiz dengan dalih perjuangan untuk menyejahterakan anggota.

Bagaimana kini hasil perjuangan oknum anggota dan pengurus P3UW itu? “Semenjak Nafian Faiz memimpin P3UW kami sebagai anggota belum merasakan hasil dan manfaatnya. Yang ada malah menyengsarakan anggota. Karena sejak kami minta pertanggungjawab Nafian Faiz pada 7-8 Mei 2011 di Kantor P3UW, kami malah diusir dengan ancaman dan kekerasan dari Blok/Kampung kami, yang membuat kami akhirnya jadi pengungsi,” tegas mantan Koordinator BPK se-Bumi Dipasena Haryono. Lebih lanjut Haryono menjelaskan, “Jangankan menyejahterakan anggota, menyalurkan aspirasi sebagai mana diatur dalam AD/ART perhimpunan pun sudah tidak bisa. Yang ada kami harus menjalankan instruksi dari oknum pengurus P3UW.”

Jalannya roda P3UW kini diakui anggota sudah menyimpang jauh dari Visi, Misi dan AD/ART perhimpunan, sehingga P3UW mutlak harus dikembalikan kepada posisi semula. “Citra P3UW semakin tidak popular di mata petambak plasma sebagai anggotanya, karena dirusak oleh oknum anggota dan diselewengkan oleh pengurus melalui manuvernya dengan terus menerus mengobok-obok AWS melalui aksi premanisme dan pelarangan tebar benur, yang akibatnya budidaya udang dengan pola kemitraan tidak berjalan sebagai mana diatur dalam Perjanjian Kerjasama (PKS),” kata mantan Koordinator Infra Badan Perwakilan Infra P3UW Kampung Bumi (Dipasena) Sentosa Adi “Wongso” Santoso.

Aksi: menagih janji

“Kami tidak bermaksud membubarkan P3UW. Yang kami minta adalah pertangungjawaban Nafian Faiz sebagai Ketua P3UW yang dari kampung ke kampung mengumbar janji-janji manis, yakni : (1) menjamin tidak akan terjadi pemadaman listrik, (2) adanya investor baru, dan (3) hutang bulanan plasma (HBP) Rp.3 juta/bulan/petambak plasma,” ujar mantan Ketua LMPK Kampung Bumi Dipasena Mulya Wibowo Santoso, yang dibenarkan oleh mantan Kepala Kampung Bumi Dipasena Makmur Saefudin.
Bagaimana realisasi atas tiga butir janji manis tersebut? “Hasilnya nol besar. Karena yang terjadi sejak 07 Mei 2011 sampai hari ini, Jum’at (03/06) listrik ke Blok/Kampung mati dan belum pasti kapan akan bisa hidup lagi. Investor baru yang dijanjikan juga belum kelihatan batang hidungnya. Sedangkan HBP Rp.3 juta/bulan/petambak plasma hanyalah wacana kosong. Jadi kesimpulannya semua itu tidak lebih dari mimpi-mimpi manis di siang bolong yang sangat jauh panggang dari api untuk dapat diwujudkan,” tambah Wibowo.

Justru yang ada sekarang adalah serentetan kekacauan di muka Bumi Dipasena, yang disertai dengan pengusiran dengan ancaman dan kekerasan, serta penjarahan dan kesengsaraan. Sampai tulisan ini dirilis, Jum’at (03/06), 370 orang mengungsi ke Tatakota dari Blok/Kampung yang bertahun-tahun ditempati mereka seraya membudidayakan udang dengan pola kemitraan. Adapun petambak plasma yang eksodus mendekati 100 KK.

Inilah yang sudah dihasilkan oleh P3UW Pimpinan Nafian Faiz, yang kini sedang dalam proses pengadilan atas ulahnya yang diduga kuat mendalangi aksi unjukrasa 02 September 2010 untuk membebaskan elit Badan Pengurus Pusat P3UW Agus Setiono alias Timbul yang kedapatan menggelapkan udang 1 ton.
Unjukrasa tak berizin itu berakhir dengan anarkis: penjarahan, pengrusakan, penganiayaan, pembakaran dan penghentian kerja. Unjukrasa ini meninggalkan jejak traumatis tidak hanya untuk karyawan, akan tetapi bagi petambak plasma yang tetap ingin berbudidaya udang putih (L.vannamei) dengan pola kemitraan dengan payung PKS, di mana PKS-nya sudah disepakati bersama oleh masing-masing Petambak Plasma dengan Inti/Perusahaan, serta diketahui oleh Pemerintah.

AWS tidak beroperasi sementara

Tidak beroperasinya AWS untuk sementara waktu adalah langkah tegas Perusahaan/Inti guna menyikapi aksi premanisme oknum anggota dan pengurus P3UW yang menghalangi-halangi Inti/Perusahaan untuk tebar guna lestarinya usaha budidaya udang dengan pola kemitraan. Penghalangan itu dilakukan dengan ronda di ujung jalur oleh oknum petambak plasma dan pengurus P3UW, khususnya di tambak yang sudah siap untuk tebar. Pelarangan ini dilakukan dengan ancaman, kekerasan dan pengusiran, sehingga benur yang sudah siap ditebar terpaksa harus dibuang.

Karena aksi premanisme ini berlangsung terus menerus, dampaknya tambak yang beroperasi dengan pola kemitraan jumlahnya menjadi sangat terbatas—hanya 1.270 tambak dari 16 Blok yang ada, dan itupun diupayakan dengan bujuk rayu. Sementara tebar mandiri dengan udang windu (P.monodon) malah difasilitasi oleh oknum anggota dan pengurus P3UW, yang jumlahnya mencapai lebih dari 1.500 tambak. Klimaksnya pada 7 Mei 2011, Manajemen AWS dengan tegas menentukan sikap dengan menghentikan pasokan listrik ke wilayah pertambakan, karena secara bisnis sikon di AWS terus memburuk dan tidak baik untuk berusaha/berinvestasi. Efek dari mati listrik jelas sekali kegiatan budidaya jadi terhenti total.
Akibat dari berhenti beroperasinya AWS untuk sementara, juga berdampak terhadap penundaan pembayaran HBP, penundaan pembayarah sisa hasil usaha (SHU), penundaan tebar dan penundaan persiapan tebar. “Untuk apa usaha kemitraan dalam membudidayakan udang ini diteruskan, kalau Inti/Perusahaan tidak mendapatkan seekor udangpun dari tambak untuk diolah di pabrik pengolahan udang,” papar Kepala Divisi Komunikasi AWS Tarpin A.Nasri. “Ini murni bisnis dan langkah tersebut juga untuk menekan kerugian Inti/Perusahaan yang per bulannya mencapai Rp.45 Miliar,” lanjut Tarpin.

Sinar terang redup kembali

Terkait dengan sinar terang keberhasilan di AWS yang redup kembali, mantan Kepala Kampung Bumi (Dipasena) Sentosa memberikan kesaksian. “Semenjak DCD beroperasi di bawah Gajah Tunggal Group, dipinang Recapital Advisor (RCA), dan terakhir diambil alih oleh NC melalui CP Prima, hanya AWS yang terbukti bisa memberikan kesejahteraan buat petambak plasma dari keberhasilan kita membudidayakan udang,” ujar Suyono.

Apa yang dikatakan oleh Suyono dibenarkan oleh mantan Koordinator Infra Badan Perwakilan Infta Kampung Bumi (Dipasena) Sentosa Adi “Wongso” Santoso. “Setelah AWS direvitalisasi dan kemudian kami berbudidaya udang vannamei dengan pola kemitraan, tidak kurang dari 80% petambak plasma Kampung Bumi (Dipasena) Sentoso berhasil memperoleh sisa hasil usaha (SHU) yang baik. Saya pribadi pada panen siklus pertama mendapat SHU Rp.54 juta, SHU siklus kedua Rp.37 juta dan SHU siklus ketiga Rp.101 juta, dan ini bukanlah sukses atau keberhasilan yang terbaik. Karena teman saya, Istoyo, malah mendapatkan SHU yang jauh lebih baik dari saya,” lanjut Adi.
Bagaimana dengan budidaya siklus berikutnya? “Pada siklus berikutnya kami dibuat gigit jari dan terpaksa mengungsi karena kami tidak sehaluan dengan oknum petambak plasma dan pengurus P3UW yang melakukan aksi premanisme untuk mencapai tujuan individu maupun kelompok yang diprakarsai oleh Nafian Faiz, Thowilun M.Abror, Sukri J.Bintoro, Abdu Syukur dan para kaki tangannya,” demikian Adi.
Mantan Ketua LMPK Kampung Bumi Dipasena Mulya Wibowo Santoso juga memberikan kesaksian atas keberhasilan AWS menyejahterakan petambak plasmanya dari budidaya udang. “Setelah tambak di Kampung Bumi Dipasena Mulya berbudidaya udang dengan ikan, yang diberi nama Polyculture, tidak kurang dari 85% petambak di sana memetik keberhasilan dalam berbudidaya, dan saya sendiri mendapatkan SHU Rp.24 juta,” tegas Wobowo.

Kini sinar terang keberhasilan budidaya udang di AWS itu redup kembali, karena sikon di AWS benar-benar tidak kondusif. Kalau malam kawasan pertambakan gelap gulita, dan bila siang tidak memperlihatkan aktifitas budidaya sebagaimana lazimnya. AWS kini kembali terpuruk menjadi kawasan yang tidak produktif.
Inilah prestasi yang sudah ditorehkan oleh oknum anggota dan pengurus P3UW di Pertambakan Udang Bumi Dipasena sebagaimana dipaparkan oleh Suyono, yang dilengserkan sebagai Kepala Kampung Bumi (Dipasena) Sentosa bersama A.Rosyid (Kepala Kampung Bumi Dipasena Mulya), Saefudin (Kepala Kampung Bumi Dipasena Makmur), Usman Tholid (Kepala Kampung Bumi Dipasena Sejahtera), Edi Sunaryo (Kepala Kampung Bumi Dipasena Abadi) dan Ferli Gandhi (Kepala Kampung Bumi Dipasena Jaya). “Saat ini P3UW Pimpinan Nafian Faiz dan Thowilun M.Abror telah menghancurkan masa depan plasma dan keluarganya. Terbukti kini sudah terjadi pengusiran atas petambak plasma dengan kekerasan dan ancaman, sehinga petambak plasma AWS yang notabene anggota setia P3UW harus mengungsi dan pulang kampung. Anak-anak sekolah juga terancam untuk pindah sekolah dari Bumi Dipasena. Dan yang paling fatal adalah telah terjadi kesenjangan sosial yang luar biasa dan kesulitan ekonomi yang sangat parah bagi para petambak plasma,” demikian Suyono.

“Saya menghimbau kepada saudara-saudara petambak plasma yang masih tinggal di Blok/Kampung dan yang masih tetap ingin bermitra dengan Inti/Perusahaan, agar sadar bahwa selama ini kita telah dibohongi dengan janji-janji yang mustahil dapat diwujudkan oleh oknum anggota dan pengurus P3UW Pimpinan Nafian Faiz,” ujar Petambak Plasma Blok 15 Kampung Bumi Dipasena Abadi Turamin. (TAN, dari Kawasan Tambak Udang Bumi Dipasena).

http://politik.kompasiana.com
Baca Selengkapnya..

Sabtu, 02 Juni 2012

MOTIVASI



BAGAIMANA MENGHADAPI KEGAGALAN

Musuh terbesar dari kebahagiaan adalah kegagalan. Hal ini karena kegagalan tidak di satu tempat yang sama dengan kebahagiaan. Kata GAGAL itu sebenarnya sudah salah, harusnya kata BELUM BERHASIL. Ketika seseorang mengatakan sudah gagal, maka dia menutup sendiri kemungkinan berhasil

Dalam hal ini, ada 4 tipe orang di dunia ini, yaitu :

1. Orang sukses dan bahagia,
2. Orang tidak sukses tapi bahagia,
3. Orang sukses tapi tidak bahagia, dan
4. Orang yang tidak sukses dan tidak bahagia.

Orang yang tidak bahagia itu dikarenakan dasar kesuksesan kita bukan kebahagiaan. Oleh karena itu kita harus mengetahui letak kegagalan itu akarnya dimana agar kita selalu bahagia.

Orang yang tidak pernah gagal adalah orang yang tidak pernah mencoba, dan itu adalah kegagalan terbesar. Sesungguhnya kegagalan itu adalah cara Tuhan memberikan inspirasi kepada kita.

BAGAIMANA MENGHADAPI ORANG YANG SULIT

Saat menjadi korban kita sebaiknya melihat bahwa orang yang menjengkelkan menjadi guru sejati kita. Kesadaran untuk memperbaiki diri seringnya datang ketika kita ada di posisi korban.

Orang menjengkelkan memberi pelajaran dengan cara yang mungkin kurang baik dan itu membekas serta mengubah hidup korbannya. Namun, kita tidak harus menjadi orang yang menjengkelkan untuk merubah orang lain.

Orang baik mendapat tugas memberi pelajaran dengan cara yang baik. Orang menjengkelkan memberi pelajaran dengan cara yang menjengkelkan.
Jangan kita yang sudah baik menjadi orang yang menjengkelkan untuk memberi pencerahan kepada orang lain, karena semua sudah ada kavling/job desc-nya masing-masing dari Tuhan.

Sesungguhnya orang yang menjengkelkan itu adalah guru sejati kita, dan pertemuan kita dengan mereka bukan suatu kebetulan, melainkan sudah diatur Tuhan untuk membuat kita menjadi orang yg lebih baik.”

BERHENTILAH MENCARI UANG

Kesalahan terbesar kita tidak bahagia saat bekerja karena kita berkerja untuk uang semata. Oleh karena itu kita bahagia hanya saat gajian saja. Banyak yang tidak menyadari bahwa sesungguhnya kita bekerja untuk menjalankan "misi" Tuhan buat kita di dunia ini, yakni menjadi khalifah dengan mengoptimalkan potensi diri

Sesungguhnya tugas kita dalam bekerja adalah terus meningkatkan level kemanfaatan kita. Jika kita fokus bekerja untuk melayani, maka benefit yang kita dapat seringkali lebih dari yang kita harapkan. Hal ini dikarenakan orang sudah percaya dengan kredibilitas kita. Jika kita sudah memberikan manfaat yang jelas, maka wajar jika kita menetapkan "harga" kita.

Rumus uang yaitu semakin dicari, uang akan semakin menjauh, semakin tidak dicari uang akan selalu mengejar kita. Karena uang adalah akibat, bukan sebab. Uang merupakan konsekuensi atas pelayanan kita terhadap orang lain. Orang yang bekerja hanya mencari uang, sesungguhnya ia orang yang penuh kekurangan. Bagaimana bisa kita memberi manfaat jika kita sendiri kekurangan?

Banyak sekali kita menemui orang-orang yang menjengkelkan dalam hidup kita yang dapat mengurangi kebahagiaan kita. Definisi orang yang menjengkelkan atau orang yang sulit yaitu orang-orang yang sering merepotkan kita, sering menyusahkan kita, sering membuat kita sakit hati dan selalu melakukannya berulang-ulang

KALAU BUKAN CARI UANG CARI APA LAGI ?

Pada dasarnya kita tetap butuh uang untuk hidup, tetapi uang itu adalah akibat dari suatu pelayanan atau manfaat yang kita berikan kepada orang lain, bukan sebabnya. Uang adalah sebagian kecil dari yang kita peroleh dari pekerjaan kita. Kepuasan batinlah yang akan lebih membahagiakan kita

Uang itu sangat tertarik pada orang-orang yang memberikan banyak manfaat, seperti mengurangi beban orang lain dan menyenangkan orang lain. Tugas kita bukan sekedar hidup tapi membuat kehidupan. Cara membuat kehidupan adalah mengerjakan sesuatu yang penting, yang lebih besar dari kepentingan diri sendiri.

Bagi pekerja yang sudah menemukan jati diri dalam bekerja, biasanya ego dalam dirinya akan hilang dan berganti fokus terhadap pelayanan terhadap orang lain. Ukuran pekerjaan kita sesungguhnya adalah dari MAKNA yang diterima orang lain yang menikmati pekerjaan kita.

SALAH PILIH

Salah pilih seringkali menimbulkan penyesalan. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Agar kita bisa mencegah sesal tak berguna, atau minimal hanya mengalami sesal dahulu pendapatan, kita perlu memiliki kemampuan untuk berimajinasi, atau membayangkan apa yang akan terjadi.

Untuk mengetahui bahwa pilihan kita sudah benar, kita bisa melihat dari tanda-tanda yang kita rasakan, yakni hidup merasa aman, tentram, penuh rasa syukur, dan merasa mencapai apa yang kita inginkan. Kalau itu sudah kita rasakan, maka pilihan kita sudah benar. Berhasil belum tentu benar dalam memilih. Contohnya pencuri. Pencuri mungkin merasa berhasil jika sudah mencuri. Tapi ia tidak memiliki rasa tenang dan bersyukur.

Bila sudah terlanjur salah pilih, tidak perlu disesali. Pertanyaan dalam kesalahan adalah bukan “mengapa”, tapi “apa yang bisa saya lakukan”, dan ”bagaimana saya melakukan itu”. Kalau hanya menyesali, kita akan rugi 2 kali: salah pilih, dan menyesal seumur hidup

KURANG PENGALAMAN

Pengalaman didapat dari kejadian-kejadian dalam hidup. Kita sering melewati hidup begitu saja tanpa pemaknaan. Untuk hidup dengan penuh makna, kita harus masuk dalam kekinian, ke dalam waktu yang diberikan Tuhan untuk kita manfaatkan dengan baik. Banyak kejadian hanya jadi peristiwa, tidak menjadi pengalaman dan tidak diambil pelajaran. Akibatnya kita mengalami kejadian buruk yang sama, atau jatuh kedalam lubang sama.

Banyak tidaknya pengalaman ditentukan oleh:

1. Kurang pengalaman secara kuantitas. Kurang mengalami peristiwa penting dalam hidup yang bisa diambil pelajaran.

2. Kurang pengalaman secara kualitas. Banyak mengalami berbagai hal, tapi hanya berhenti sebagai kejadian saja, tidak direnungi. Betapapun banyaknya pengalaman, orang seperti ini masuk kategori kurang pengalaman.

Setiap kejadian terutama kejadian penting, baik yang menyenangkan maupun tidak, direnungkan, kalau perlu dicatat. Ini supaya menjadi pembelajaran. Pembelajaran yang tidak akan kita dapat dari buku manapun dan dari siapaun, karena ini unik dan khas yang menggambarkan perjalanan hidup kita.

Jangan buru-buru merasa ‘kaya pengalaman’, sebaliknya, tanamkan rasa ‘kurang pengalaman’. Merasa kaya pengalaman akan menciptakan lubang kejatuhan. Dengan merasa kurang pengalaman, kita akan selalu berusaha mengambil sebanyak mungkin pengalaman, dari peristiwa yang kita alami.

FLU CINTA

Kebanyakan orang tidak bisa membedakan antara Flu Cinta dan Virus Cinta. Kedua hal tersebut tentu saja berbeda. Tanda-tanda bahwa hubungan yang terkena gejala Flu Cinta adalah hubungan terasa hambar, sering bertengkar hanya karena hal-hal kecil, saling menghindar, dan jarang tertawa bersama.

Flu Cinta disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu Usia hubungan/perkawinan, biasanya di awal hubungan hanya melihat kelebihan sang pasangannya saja, kemudian Lupa akan posisi sebagai pasangan kekasih atau menjalankan perannya saja sebagai seorang suami/isteri, dan Tidak pernah meluangkan waktu bersama.

Cinta yang sehat harus terdiri dari 3 hal, yaitu :

1. Intimacy, saling membuka diri, mengeksplor diri org lain scara psikologis sehingga saling mengenal.

2. Passion atau Greget, ketertarikan secara fisik. Kalau sudah tidak ada berarti ada yang salah dengan hubungan kita.

3. Commitment, kemauan menjalankan hubungan yang eksklusif dan berjangka panjang.


SURGA ADA DISINI

Banyak yang beranggapan Surga itu adalah yang di Akhirat, tetapi yang dimaksud Surga ada di sini yaitu Surga yang ada di dunia. Surga itu adalah kebahagiaan yang tiada akhir. Jika kita merasakan kebahagiaan terus menerus, berarti kita sudah di Surga.

Surga adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Dalam hal ini ada 4 bentuk konsekuensi, yaitu:

1. Hukum Alam, sifatnya pasti dan bisa kita terima saat itu juga (langsung).
2. Hukum Sosial, sifatnya pasti tetapi ada jarak dalam responnya (waktu).
3. Hukum Formal, sifatnya tidak pasti dan tidak bisa diterima (tidak jelas).
4. Hukum Akhirat, sifatnya pasti tetapi nanti (terlalu lama untuk menunggunya).

Ada beberapa poin kesimpulan dalam hal ini, yaitu:

1. Surga dan neraka itu sesungguhnya ada di tangan kita. Kitalah yang menciptakan surga dengan melakukan kebaikan, dan kita pula yang menciptakan neraka dengan melakukan kejahatan.

2. Seseorang bukan dihukum karena dosanya, tetapi oleh dosanya. Seseorang bukan mendapatkan kebahagiaan karena pahalanya, tetapi dari pahalanya.

3. Surga itu berada dalam pikiran kita yang damai (beautiful mind). Neraka adalah tidak menyatunya pikiran, badan dan jiwa (pikiran terpecah belah).

4. Tugas Syetan adalah membuat Surga seperti Neraka, dan Neraka seperti Surga.

5. Orang yang baik adalah orang yang jiwanya dibawa ke Surga. Orang yang takwa adalah orang yang Surga dibawa ke jiwanya.


TUHAN

Tuhan adalah sumber dari kebahagiaan atau the ultimate of happiness. Dalam hal ini ada lima poin yang berkaitan dengan Tuhan, yaitu:

1. Tuhan adalah apa yang paling penting.
Yang paling penting bagi kita bukan pekerjaan, bukan jabatan, bukan keluarga, melainkan Tuhan kita. Jika kita mementingkan sesuatu dalam hidup kita selain Tuhan, berarti kita sudah menduakan Tuhan.

2. Beriman bukan percaya Tuhan itu ada, tetapi percaya Tuhan itu hadir.
Jika kita percaya kepada Tuhan maka kita akan merasakan kehadiran Tuhan. Seperti halnya kita percaya kepada polisi, tetapi ketika polisi itu ada/hadir maka kita akan mematuhi peraturan.

3. Tuhan itu hanya bisa didekati dengan ketenangan, keheningan dan melepaskan semua ketergantungan.
Seperti halnya ketika kita sedang beribadah, jika kita tidak khusyu maka ibadah kita hanya formalitas belaka dan kita tidak bisa merasakan Tuhan itu ada di dekat kita.

4. Besar-kecil Tuhan berbeda bagi setiap orang.
Besar-kecilnya Tuhan tergantung dari keyakinan kita dan tingkat kekhawatiran kita. Semakin kita yakin, percaya dan tidak khawatir dengan Tuhan, maka makin besar juga Tuhan kita. Sebaliknya ketika kita ragu-ragu, gelisah, dan masih khawatir dengan Tuhan maka makin kecil juga Tuhan kita.

5. Pencapaian yang tertinggi yang bisa kita dapatkan bukanlah surga atau pahala, tetapi ridho Tuhan.

Banyak orang yang beribadah hanya mencari surga atau pahala, namun sesungguhnya ada yang lebih tinggi daripada itu, yaitu Ridho Tuhan.

Semakin rendah tingkat intelektual dan spiritual seseorang, maka dia akan melihat Tuhan itu ada wujudnya. Sebaliknya semakin tinggi tingkat intelektual dan spiritual seseorang, maka Tuhan itu sesuatu abstrak yang tidak berwujud, yang tidak bisa dilukiskan keindahannya dengan kata-kata. Keindahan yang paling hakiki ketika kita di Surga adalah ketika kita bisa melihat Tuhan.

SETAN

Setan adalah makhluk yang selalu melakukan kejahatan, dan selalu membawa kita menjauhi kebahagiaan. Setan selalu memberikan janji-janji kebahagiaan, tetapi sesungguhnya itu bukan kebahagiaan melainkan kesenangan belaka.

Ada lima poin agar kita lebih waspada dalam menghadapi Setan, yaitu:

1. Setan itu tidak menggoda setiap orang, tetapi Setan menggoda orang yang baik. Jika kita orang baik, maka kita akan menjadi target utama Setan.

2. Setan lebih besar potensi menangnya daripada Manusia. Setan tidak kelihatan, tetapi ada dimana-mana. Kita tidak mungkin melawan Setan yang lebih kuat daripada kita. Kita harus meminjam kekuatan Tuhan agar bisa menang melawan Setan. Oleh karena itu, kita harus dekat dengan Tuhan.

3. Cara Setan memperdaya manusia adalah dengan meyakinkan manusia bahwa Setan itu tidak ada. Setan selalu mempromosikan bahwa dia tidak ada, supaya dia dengan leluasa masuk ke tubuh manusia. Sesungguhnya Tuhan itu menciptakan Setan agar kita bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk

4. Kunci sukses Setan adalah membuat manusia tergesa-gesa. Pada dasarnya manusia ingin sesuatu yang instan, cepat, tidak mau membayar harganya. Banyak orang yang tergesa-gesa ingin kaya, tenar, sukses, dan lain-lain, dan ini membuat Setan lebih mudah untuk mendekati kita.

5. Walaupun Setan itu jahat, tetapi ada beberapa hal yang positif dari Setan, yaitu:

• Setan itu walaupun selalu membuat orang tidak percaya Tuhan, tetapi Setan percaya sama Tuhan.

• Setan itu tidak pernah memaksaan kehendak, dia hanya menggoda.

• Setan itu mempunyai kesabaran yang tinggi dalam hal menggoda.

• Setan itu sangat mengenali manusia.


*Arvan Pradiansyah
(Managing Director Institute for Leadership and Life Management and Happiness Inspirer)
Baca Selengkapnya..

Sabtu, 26 Mei 2012

Sejarah Etnis Lampung

Asal usul bangsa Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu Way Komring, Way Kanan, Way Semangka, Way Seputih, Way Sekampung dan Way Tulang Bawang beserta anak sungainya, sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang serta Pantai Banten.

Sekala Brak memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi bangsa Lampung. Ia melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri. Bukti tentang kemasyuran kerajaan Sekala Brak didapat dari cerita turun temurun yang disebut warahan, warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau. Kata LAMPUNG sendiri berawal dari kata Anjak Lambung yang berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi.

Dilereng Gunung Pesagi didapati situs seperti batu batu bekas Negeri atau Pekon kuno, tapak bekas kaki, pelataran peradilan dan tempat eksekusi, serta Prasasti yang terpahat pada batuan. Dari sebuah batu yang bertarikh 966 Caka yang terdapat di Bunuk Tenuar Liwa, ternyata telah ada suku bangsa yang beragama Hindu telah menjadi penghuni didataran Lampung. Didalam rimba rimba ditemukan parit parit dan jalan jalan bekas Zaman Hindu bahkan pada perkebunan tebu terdapat batu batu persegi dan diantaranya didapat batuan berukir yang merupakan puing candi.

Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich didalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan didalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung. Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak diantara pulau Jawa dan Kamboja. menurut catatan kitab, masyarakat Kendali ini mempunyai adat istiadat yang sama dengan bangsa Siam dan Kamboja. Baginda dari Kendali-Sapanalanlinda mengirimkan seorang utusan yang bernama Taruda ke negeri Tiongkok dengan membawa hadiah emas dan perak, utusan yang demikian dikirim berturut turut hingga abad ke enam.

Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali ibukota kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama. Berdasarkan Warahan dan Sejarah yang disusun didalam Tambo, dataran Sekala Brak tersebut pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi yang menganut faham animisme. Suku bangsa ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah.

Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh suku bangsa Tumi.

Diriwayatkan didalam Tambo empat orang Putera Raja Pagaruyung tiba di Sekala Brak untuk menyebarkan agama Islam. Fase ini merupakan bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Lampung. Keempat Putera Raja ini masing masing adalah:

1. Umpu Bejalan Di Way
2. Umpu Belunguh.
3. Umpu Pernong.

Umpu berasal dari kata Ampu seperti yang tertulis pada batu tulis di Pagaruyung yang bertarikh 1358 A.D. Ampu Tuan adalah sebutan Bagi anak Raja Raja Pagaruyung Minangkabau. Setibanya di Skala Brak keempat Umpu bertemu dengan seorang Muli yang ikut menyertai para Umpu dia adalah Si Bulan. Di Sekala Brak keempat Umpu tersebut mendirikan suatu perserikatan yang dinamai Paksi Pak yang berarti Empat Serangkai atau Empat Sepakat.

Setelah perserikatan ini cukup kuat maka suku bangsa Tumi dapat ditaklukkan dan sejak itu berkembanglah agama Islam di Sekala Brak. Sedangkan penduduk yang belum memeluk agama Islam melarikan diri ke Pesisir Krui dan terus menyeberang ke pulau Jawa dan sebagian lagi ke daerah Palembang.

Dataran Sekala Brak yang telah dikuasai oleh keempat Umpu yang disertai Si Bulan, maka Sekala Brak kemudian diperintah oleh keempat Umpu dengan menggunakan nama PAKSI PAK SEKALA BRAK. Inilah cikal bakal Kerajaan Sekala Brak yang merupakan puyang bangsa Lampung.

Kerajaan Sekala Brak mereka bagi menjadi empat Marga atau Kebuayan yaitu:

1. Umpu Bejalan Di Way memerintah daerah Kembahang dan Balik Bukit dengan Ibu Negeri Puncak, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Bejalan Di Way.

2. Umpu Belunguh memerintah daerah Belalau dengan Ibu Negerinya Kenali, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Belunguh.

3. Umpu Nyerupa memerintah daerah Sukau dengan Ibu Negeri Tapak Siring, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Nyerupa

4. Umpu Pernong memerintah daerah Batu Brak dengan Ibu Negeri Hanibung, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Pernong.

Sedangkan Si Bulan mendapatkan daerah Cenggiring namun kemudian Si Bulan berangkat dari Sekala Brak menuju kearah matahari hidup. Dan daerah pembagiannya digabungkan ke daerah Paksi Buay Pernong karena letaknya yang berdekatan.

Suku bangsa Tumi yang lari kedaerah Pesisir Krui menempati marga marga Punggawa Lima yaitu Marga Pidada, Marga Bandar, Marga Laai dan Marga Way Sindi namun kemudian dapat ditaklukkan oleh Lemia Ralang Pantang yang datang dari daerah Danau Ranau dengan bantuan lima orang punggawa dari Paksi Pak Sekala Brak. Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya.

Agar syiar agama Islam tidak mendapatkan hambatan maka pohon Belasa Kepampang itu akhirnya ditebang untuk kemudian dibuat PEPADUN. Pepadun adalah singgasana yang hanya dapat digunakan atau diduduki pada saat penobatan SAIBATIN Raja Raja dari Paksi Pak Sekala Brak serta keturunan keturunannya. Dengan ditebangnya pohon Belasa Kepampang ini merupakan pertanda jatuhnya kekuasaan suku bangsa Tumi sekaligus hilangnya faham animisme di kerajaan Sekala Brak. Sekitar awal abad ke 9 Masehi para Saibatin Raja Raja di Sekala Brak menciptakan aksara dan angka tersendiri sebagai Aksara Lampung yang dikenal dengan Had Lampung.

Ada dua makna didalam mengartikan kata Pepadun, yaitu:

1. Dimaknakan sebagai PAPADUN yang maksudnya untuk memadukan pengesahan atau pengakuan untuk mentahbiskan bahwa yang duduk diatasnya adalah Raja.

2. Dimaknakan sebagai PAADUAN yang berarti tempat mengadukan suatu hal ihwal. Maka jelaslah bahwa mereka yang duduk diatasnya adalah tempat orang mengadukan suatu hal atau yang berhak memberikan keputusan.

Ini jelas bahwa fungsi Pepadun hanya diperuntukkan bagi Raja Raja yang memerintah di Sekala Brak. Atas mufakat dari keempat Paksi maka Pepadun tersebut dipercayakan kepada seseorang yang bernama Benyata untuk menyimpan, serta ditunjuk sebagai bendahara Pekon Luas, Paksi Buay Belunguh dan kepadanya diberikan gelar Raja secara turun temurun.
Manakala salah seorang dari keempat Umpu dan keturunannya memerlukan Pepadun tersebut untuk menobatkan salah satu keturunannya maka Pepadun itu dapat diambil atau dipinjam yang setelah digunakan harus dikembalikan. Adanya bendahara yang dipercayakan kepada Benyata semata mata untuk menghindari perebutan atau perselisihan diantara keturunan keturunan Paksi Pak Sekala Brak dikemudian hari.

Pada Tahun 1939 terjadi perselisihan diantara keturunan Benyata memperebutkan keturunan yang tertua atau yang berhak menyimpan Pepadun. Maka atas keputusan kerapatan adat dengan persetujuan Paksi Pak Sekala Brak dan Keresidenan, Pepadun tersebut disimpan dirumah keturunan yang lurus dari Umpu Belunguh hingga sekarang.

Sumber : http://id.wikipedia.org
Baca Selengkapnya..

Rabu, 16 Mei 2012

Koran Lokal Digital Gratis

Bagi anda yang punya hobi membaca koran di pagi hari sambil ditemani kopi panas yang nikmat, sekarang beberapa koran lokal telah menyediakan koran digital yang dapat diakses melalui internet (pc ataupun mobile) yang dapat diakses secara gratis. Sebagian diantaranya hanya mensyaratkan agar anda menjadi member (tanpa biaya dan cukup dengan memiliki email).

Tanpa banyak berbasa-basi silakan anda cicipi koran-koran ini secara gratis dan semoga membantu mengurangi pengeluaran anda :)

* JAWAPOS : http://virtual.jawapos.co.id/
* KOMPAS : http://epaper.kompas.com
* KONTAN : http://kontan.realviewusa.com/
* KORAN TEMPO :http://epaper.korantempo.com/
* MEDIA INDONESIA : http://epaper.mediaindonesia.com
* FAJAR : http://pdf.fajar.co.id/
* BANJARMASIN POS : http://epaper.banjarmasinpost.co.id/
* BATAM POS : http://epaper.batampos.co.id/
* BISNIS JAKARTA : http://www.bisnis-jakarta.com/
* PONTIANAK POS : http://epaper.pontianakpost.com/
* REPUBLIKA : http://67.19.80.66/republika/
* BALI POS : http://epaper.balipost.com/
* METRO POS Batam : http://epaper.posmetrobatam.com/
* RIAU POS : http://epaper.riaupos.co.id/
* SUMUT POS : http://issuu.com/sumut ->sumut post
* METRO SIANTAR : http://issuu.com/metrosiantar
* TRIBUN KALTIM : http://issuu.com/tohirtribun
* POSMETRO MEDAN : http://issuu.com/posmetromedan
* SURYA : http://issuu.com/surya-epaper
* TRIBUN JABAR : http://issuu.com/tribunjabar
* SURABAYA POST : http://www.surabayapost.co.id/epapersp
* RIAU POS : http://issuu.com/dumaipos.com
* METRO TAPANULI : http://issuu.com/metrotapanuli
* RIAU POS : http://issuu.com/riaupos
* SRIWIJAYA POS : http://issuu.com/sripoku
* SUMUT POS : http://issuu.com/sumut
* JAMBI INDIPENDEN : http://issuu.com/jambi-independent
* PEKANBARU POS : http://issuu.com/pepos
* BANGKA POS : http://issuu.com/bangkapos
* JAMBI EXPRESS : http://issuu.com/brondong/docs
* RADAR KOTA BUMI :http://issuu.com/radarkotabumi
* RADAR SEMARANG : http://www.radarsemarang.com/epaper.html
* RADAR SURABAYA : http://issuu.com/warenda
* RADAR SURABAYA : http://www.radarsby.com
* RADAR TEGAL : http://issuu.com/jaelani
* RADAR LAMPUNG : http://issuu.com/ayep -> tks to e3nk
* RADAR JOGYA : http://issuu.com/radar_jogja
* RADAR KEDIRI : http://issuu.com/radarkediri
* RADAR BANYUWANGI : http://issuu.com/radarbwi
* TRIBUN TIMUR MAKASAR : http://www.tribun-timur.com/epaper/tribuntimur.swf
* PIKIRAN RAKYAT : http://epaper.pikiran-rakyat.com
* SUARA PEMBARUAN : http://epaper.suarapembaruan.com
* MANADO POS : http://versicetak.mdopost.com
* WASPADA : http://issuu.com/waspada/
* SINDO : http://issuu.com/seputar-indonesia/docs
* TABLOID BOLA : http://www.bolanews.com/epaper
* SUMATERA EXPRES : http://issuu.com/sumeks
* SUARA MERDEKA : http://epaper.suaramerdeka.com/
* TRIBUN BATAM : http://tribunbatam.co.id/epaper/

sumber: mtfauzi.wordpress.com
Baca Selengkapnya..

Rabu, 02 Mei 2012

Profil Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung

Sejak dimekarkannya Kabupaten Tulang Bawang menjadi 3 kabupaten, yaitu :
1. Kabupaten Tulangbawang, (Kabupaten Induk)
2. Kabupaten Mesuji,
3. Kabupaten Tulangbawang Barat,
Kabupaten Tulangbawang mempunyai 13 kecamatan. Kemudian pada 20 Agustus 2009 melalui Perda No. 04/2009 Kabupaten Tulangbawang memiliki 15 kecamatan dengan dibentuknya 2 kecamatan baru, yaitu Banjar Baru dan Menggala Timur.

1. BANJAR AGUNG
Kecamatan Banjaragung adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Tulangbawang, berjarak 24 km dari ibu kota kabupaten, Kecamatan Banjaragung terletak di jalur lintas timur dari Kota Bandar lampung menuju Palembang, berbatasan dengan Kecamatan Banjarmargo dan Way Kenanga di sebelah utara, Kecamatan Banjarbaru di sebelah selatan, Kecamatan Lambukibang di sebelah barat dan di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Gedungaji. Kondisi geografis kecamatan ini terletak pada ketinggian 30 m dari permukaan air laut, dan memiliki kontur tanah yang terdiri dari tanah datar dan bergelombang dengan rincian 70% datar sampai berombak dan 30% berombak sampai berbukit. Kecamatan Banjar Agung memiliki luas 9.772 ha dengan populasi penduduk 42.667 Jiwa. beribukota di Banjar Agung,

Kecamatan Banjar Agung memiliki 11 kampung/desa, yaitu :

1. Banjar Agung,
2. Dwi Warga Tunggal Jaya,
3. Tunggal Warga,
4. Moris Jaya,
5. Tri Darma Wijaya,
6. Banjar Dewa,
7. Warga Makmur Jaya,
8. Warga Indah Jaya,
9. Tri Tunggal Jaya,
10. Tri Mulya Jaya
11. Tri Mukti Jaya,

2. BANJAR MARGO
Banjar Margo merupakan kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Banjaragung sejak November 2005 yang ditetapkan dalam Perda No. 7 Tahun 2005, beribukota di Kampung Agung Dalem sekitar 31 km dari kota kabupaten, memiliki luas wilayah 11,152,75 ha atau 3,24% dari luas wilayah Kabupaten Tulangbawang dan berkontur tanah datar dan berbukit. Batas wilayah Kecamatan Banjar Margo, yaitu pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Simpangpematang, selatan berbatasan dengan Kecamatan Banjaragung, barat berbatasan dengan Kecamatan Gedungaji, dan timur berbatasan dengan Kecamatan Way Kenanga.
Kecamatan Banjar Margo memiliki 12 kampung, yaitu :
1. Ringin Sari,
2. Catur Karya Buana Jaya,
3. Bujuk Agung,
4. Sukamaju,
5. Penawar Jaya,
6. Purwa Jaya,
7. Agung Dalem,
8. Sumber Makmur,
9. Tri Tunggal Jaya,
10. Agung Jaya,
11. Penawar Rejo
12. Mekar Jaya.

3. KECAMATAN GEDUNG AJI
Kecamatan Gedungaji memiliki luas wilayah sekitar 11.539,59 ha atau 3,35% beribu kota di Kampung Gedungaji yang berjarak 36 km dari ibu kota Kabupaten Tulangbawang. Wilayah Kecamatan Gedungaji berbatasan dengan Way Tulangbawang pada bagian selatan, bagian utara berbatasan dengan Way Pidada, bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Penawar Aji, dan bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Banjaragung dan Banjar Margo.

Kecamatan Gedungaji memiliki 10 kampung, yaitu :

1. Penawar Baru,
2. Gedungaji,
3. Penawar Aji,
4. Jaya Kopi,
5. Kecubung Jaya,
6. Kecubung Mulya,
7. Aji Murni Jaya,
8. Aji Mesir,
9. Aji Permai Talang Buah
10. Bandar Aji Jaya.

4. PENAWAR AJI
Kecamatan Penawar Aji yang beribukota di Gedung Rejo Sakti, sekitar 69 km dari ibu kota Kabupaten Tulangbawang. Berbatasan dengan Kecamatan Penawartama pada bagian utara, bagian selatan dengan Kecamatan Gedungmeneng, pada bagian timur dengan Kecamatan Rawapitu, dan bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedungaji. Memiliki luas wilayah 10.950 ha atau 2,82% dari luas Kabupaten Tulangbawang,

Kecamatan Penawar Aji terdiri dari 9 kampung, yaitu :

1. Sumber Sari,
2. Karya Makmur,
3. Panca Tunggal Jaya,
4. Gedung Harapan,
5. Gedung Rejo Sakti,
6. Wono Rejo,
7. Gedung Asri,
8. Pasar Batang
9. Suka Makmur.

5. MERAKSA AJI
Kecamatan Meraksa Aji dibentuk berasal dari sebagain wilayah Kecamatan Gedungaji, beribu kota di Kampung Paduan Rajawali dengan luas 9.550,50 ha atau 2,77% dari luas Kabupaten Tulangbawang dan berjarak sekitar 63 km dari ibu kota Kabupaten Tulangbawang. Pada bagian utara Kecamatan Meraksa Aji berbatasan dengan Kecamatan Penawartama, bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Gedungaji (Way Tulangbawang), sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gedungaji, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Penawar Aji.

Kecamatan Meraksa Aji memiliki 8 kampung, yaitu :

1. Paduan Rajawali,
2. Bangun Rejo,
3. Sukarame,
4. Bina Bumi,
5. Karya Bhakti,
6. Kecubung Raya,
7. Marga Jaya
8. Mulyo Aji.

6. MENGGALA
Kecamatan Menggala merupakan kecamatan kota, di mana terdapat pusat Pemerintahan Kabupaten Tulangbawang beserta pusat kantor pemerintahan dari seluruh Dinas yang ada. Sejarah mencatat bahwa sebelum menjadi kota kecamatan, wilayah Menggala merupakan pusat kota yang ramai dari kegiatan perekonomian Tulangbawang. Sejak zaman penjajahan Belanda, Menggala dijadikan tempat transit perekonomian dari aktivitas perdagangan dan hasil perkebunan, yang didukung sarana transportasi sungai yang ramai menjadikan kota Menggala semakin ramai.
Hingga berdirinya Pemerintahan Kabupaten Tulangbawang, kemudian Menggala dijadikan Pemerintahan Kecamatan Kota Menggala dengan luas wilayah 26.037 ha. Wilayah Kecamatan Menggala berada di jalur lintas timur dari Kota Bandar Lampung menuju Kota Palembang, berjarak 140 km dari Kota bandar Lampung. Adapun batas-batas yang mengitari Kecamatan Menggala, yaitu sebelah utara dengan Kecamatan Banjarbaru dan Kecamatan Menggala Timur, selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah, barat berbatasan dengan Kabupaten Tulangbawang Barat, dan timur berbatasan dengan Kecamatan Gedungaji. Sedangkan kondisi geografis wilayah memiliki ketinggian 26 m dari permukaan laut, serta memiliki permukaan tanah datar sampai bergelombang mencapai 90%.

Kecamatan Menggala memiliki 4 kampung dan 5 kelurahan, yaitu :

1. Kampung Astra
2. Kampung Ksetra,
3. Kampung Tiuh Tohou,
4. Kampung Kagungan Rahayu,
5. Kampung Ujung Gunung Ilir,
6. Kampung Bujungtenuk.
7. Kelurahan Menggala Selatan,
8. Kelurahan Ujung Gunung,
9. Kelurahan Menggala Tengah
10. Kelurahan Menggala Kota.

7. PENAWARTAMA
Kecamatan Penawartama beribu kota di Bogatama atau sekitar 60 km dari pusat kota kabupaten dengan luas 21.057,20 ha atau 6,11% dari luas Kabupaten Tulangbawang. Pada bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Banjar Margo, pada bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Rawajitu Selatan dan Rawajitu Utara, bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Penawar Aji, dan pada bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Mesuji. Daerah ini bercurah hujan 2.536 mm/tahun, suhu udara berkisar 21°C sampai dengan 38 derajat Celsius. Bentuk wilayah Kecamatan Penawartama merupakan 90% dataran berombak dan 10% berbukit.

Kecamatan Penawartama memiliki 14 kampung, yaitu :

1. Bogatama,
2. Tri Rejo Mulya,
3. Sidoharjo,
4. Sidomulyo,
5. Tri Jaya,
6. Tri Tunggal Jaya,
7. Wiratama,
8. Pulo gadung,
9. Sidodadi,
10. Dwi Mulya,
11. Rejo Sari,
12. Wira Agung Sari,
13. Sido Makmur
14. Tri Karya

8. RAWAJITU SELATAN
Kecamatan Rawajitu Selatan beribu kota di Medasari dengan luas 13.888,47 ha atau 4,03% dari luas Kabupaten Tulangbawang yang 90%-nya merupakan wilayah persawahan. Kecamatan Rawajitu Selatan yang berjarak 120 km dari pusat kota kabupaten ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut pada bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Penawartama dan Rawajitu Utara, bagian timur berbatasan dengan dengan Kecamatan Rawajitu Timur, dan selatan berbatasan dengan Kecamatan Rawapitu dan Gedungmeneng.

Kecamatan Rawajitu Selatan memiliki 9 kampung, yaitu :

1. Bumi Ratu,
2. Hargo Rejo,
3. Yudha Karya Jitu,
4. Karya Jitu Mukti,
5. Hargo Mulyo,
6. Wono Agung,
7. Medasari,
8. Gedung Karya Jitu,
9. Karya Cipta Abadi.

9. GEDUNG MENENG
Kecamatan Gedungmeneng beribu kota di Gedungmeneng dengan luas 66.265,45 ha atau 19,23% dari luas Kabupaten Tulangbawang dan berjarak 65 km dari ibu kota kabupaten mempunyai keadaan geografis suhu udara berkisar antara 22—35 derajat Celsius.

Kecamatan Gedung Meneng memiliki 11 kampung, yaitu :

1. Bakung Udik,
2. Bakung Ilir,
3. Gunung Tapa,
4. Gedung Meneng,
5. Gedung Bandar Rahayu,
6. Gunung Tapa Ilir,
7. Gunung Tapa Tengah,
8. Gunung Tapa Udik,
9. Gedung Bandar Rejo,
10. Bakung Rahayu
11. Gedung Meneng Baru.

10. RAWAJITU TIMUR
Kecamatan Rawajitu Timur merupakan kawasan berikat, yaitu kecamatan di dalam perusahaan tambak udang yang memiliki otonomi sendiri. Kecamatan Rawajitu Timur ini beribu kota di Kampung Bumi Dipasena Mulya, memiliki luas wilayah 18.396,99 ha atau 5,34% dari luas Tulangbawang. Kecamatan ini merupakan kecamatan terjauh dari pusat Kota Kabupaten Tulangbawang, yaitu sekitar 128 km. Batas wilayah Kecamatan Rawajitu Timur pada sebelah timur merupakan Laut Jawa, sedangkan pada sebelah utara berbatasan dengan Sungai Mesuji, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rawajitu Selatan, dan sebelah selatan (Sungai Tulangbawang) berbatasan dengan Kecamatan Gedungmeneng.

Kecamatan Rawajitu Timur memiliki 8 kampung, yaitu :

1. Bumi Dipasena Sentosa,
2. Bumi Dipasena Utama,
3. Bumi Dipasena Agung,
4. Bumi Dipasena Jaya,
5. Bumi Dipasena Mulya,
6. Bumi Dipasena Makmur,
7. Bumi Dipasena Sejahtera
8. Bumi Dipasena Abadi.

11. RAWA PITU
Kecamatan Rawapitu merupakan kecamatan pemekaran yang wilayahnya berasal dari sebagian Kecamatan Penawartama dan sebagaian dari Kecamatan Rawajitu Selatan yang disahkan dalam Perda No. 7 Tahun 2005. Pusat Pemerintahan Kecamatan Rawa Pitu berada di Kampung Batang Hari, memiliki luas wilayah 11.995 ha yang berjarak + 85 km dari pusat kabupaten. Nama Rawapitu berasal dari daerahnya yang berupa rawa dan pitu diambil dari Sungai Pidada dan Sungai Tulangbawang yang mengapit Kecamatan Rawapitu.
Pada sebelah utara Kecamatan Rawapitu berbatasan dengan Kecamatan Rawajitu Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Tulangbawang, pada sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gedungaji dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Penawartama.

Kecamatan ini memiliki 9 kampung, yaitu :

1. Rawa Ragil,
2. Gedung Jaya,
3. Duta Yoso Mulyo,
4. Andalas Cermin,
5. Panggung Mulyo,
6. Batang,
7. Sumber Agung,
8. Bumi Sari
9. Mulyo Dadi

12. GEDUNGAJI BARU
Kecamatan Gedungaji Baru merupakan pemekaran dari wilayah Kecamatan Penawartama yang disahkan dalam Perda No. 01 Tahun 2007, beribu kota di Kampung Sidomukti, memiliki luas wilayah 9.617,59 ha atau 2,79% dari luas Kabupaten Tulangbawang. Batas wilayah Kecamatan Gedungaji Baru pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rawajitu Utara (Kabupaten Mesuji), sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Pidada (Kecamatan Rawapitu), pada sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Penawartama dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Rawajitu Selatan.

Kecamatan Gedungaji Baru memiliki 9 kampung yaitu :

1. Batu Ampar,
2. Suka Bhakti,
3. Sido Mukti,
4. Makarti Tama,
5. Setia Tama,
6. Mesir Dwi Jaya,
7. Sumber Jaya,
8. Mekar Sari
9. Sido Mekar.

13. DENTE TELADAS
Kecamatan Denteteladas beribu kota di Kampung Teladas, +76 km dari ibu kota kabupaten merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Gedungmeneng yang di sahkan dalam Perda No. 01 Tahun 2007, memiliki luas wilayah 67.848,32 ha atau 58 % dari luas Kabupaten Tulangbawang. Batas wilayah Kecamatan Denteteladas pada sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gedungmeneng, dan sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa.

Kecamatan Dente Teladas memiliki 12 kampung, yaitu :

1. Pasiran Jaya,
2. Bratasena Mandiri,
3. Bratasena Adiwarna,
4. Sungai Nibung,
5. Mahabang,
6. Kuala Teladas,
7. Kekatung,
8. Teladas,
9. Way Dente,
10. Dente Makmur,
11. Pendowo Asri
12. Sungai Burung.

14. BANJAR BARU
Kecamatan Banjarbaru merupakan kecamatan pemekaran dari sebagian wilayah Kecamatan Banjaragung yang disahkan dalam Perda Kabupaten Tulangbawang No. 04 Tahun 2009 tanggal 20 Agustus 2009 tentang Pembentukan Kecamatan Banjarbaru dan Kecamatan Menggala Timur dalam Wilayah Kabupaten Tulangbawang, yang kemudian diresmikan Bupati Tulangbawang Dr. Abdurrachman Sarbini pada tanggal 15 Oktober 2009. Pusat pemerintahan Kecamatan Banjarbaru ditetapkan di Kampung Kahuripan Jaya dengan luas wilayah 9.863,35 ha dan berpenduduk 12.518 jiwa. Batas wilayah Kecamatan Banjarbaru pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Banjaragung, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Menggala, pada sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lambukibang dan Kecamatan Pagardewa, Kabupaten Tulangbawang, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Gedungaji.

Kecamatan Banjarbaru memiliki 10 kampung, yaitu :

1. Panca Mulya,
2. Panca Karsa Purnajaya,
3. Kahuripan Jaya,
4. Bawang Sakti Jaya,
5. Mekar Jaya,
6. Balai Murni Jaya,
7. Mekar Indah Jaya,
8. Jaya Makmur,
9. Bawang Tirto Mulyo,
10. Karya Murni Jaya.

15. MENGGALA TIMUR
Kecamatan Menggala Timur merupakan kecamatan pemekaran dari sebagian wilayah Kecamatan Menggala dan Gabungan Kecamatan Banjaragung yang disahkan dalam Perda Kabupaten Tulangbawang No. 04 Tahun 2009 tanggal 20 Agustus 2009. Memiliki luas wilayah 34.448,5 ha dengan pusat pemerintahan di Kampung Lebuh Dalem. Batas wilayah Kecamatan Menggala Timur pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Banjaragung dan Kecamatan Gedungaji, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Menggala dan Kabupaten Tulangbawang Barat Kecamatan Lambukibang, pada sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Banjaragung, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Menggala.

Kecamatan Menggala Timur memiliki 10 kampung, yaitu :

1. Lebuh Dalem,
2. Menggala, Lingai,
3. Kibang Pacing,
4. Sungai Luar,
5. Kahuripan Dalam,
6. Cempaka Dalam,
7. Bendaro indah,
8. Tri Makmur Jaya
9. Cempaka Jaya.
10. Tri Makmur Jaya

*dari berbagai sumber
Baca Selengkapnya..

Minggu, 29 April 2012

Kerajaan Tulang Bawang

Keberadaan nama Kerajaan Tulang Bawang (To-La P’o-Hwang) sempat di kenal di tanah air. Meski tidak secara terperinci menjelaskan, dari sejumlah riwayat sejarah maupun catatan penziarah asal daratan Cina, mengungkap akan keberadaan daerah kerajaan ini. Prasasti (batu bertulis) Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang menyebut, saat itu Kerajaan Sriwijaya (Che-Li P'o Chie) telah berkuasa dan ekspedisinya menaklukkan daerah-daerah lain, terutama dua pulau yang berada di bagian barat Indonesia. Sejak saat itu, nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang yang sempat berjaya akhirnya lambat laun meredup seiring berkembangnya kerajaan maritim tersebut.

Banyak pertanyaan diajukan mengenai keberadaan Kerajaan Tulang Bawang. Sejarah Indonesia dan keyakinan masyarakat Lampung menyatakan pada suatu masa ada sebuah kerajaan besar di Lampung. Kerajaan itu sudah terlanjur menjadi identitas Provinsi Lampung dalam konteks Indonesia modern. Pertanyaan-pertanyaan yang selanjutnya mengemuka adalah bagaimana asal mula Kerajaan Tulang Bawang, di mana pusat kerajaannya, siapa raja yang memerintah dan siapa pula pewaris tahtanya hingga sekarang.

Banyak sejarawan, antropolog maupun arkeolog, bahkan pemerintah Provinsi Lampung pun, berusaha keras untuk menemukan kembali rangkaian sejarah yang 'hilang' tersebut. Meski hingga kini situs Kerajaan Tulang Bawang belum dapat dilacak keberadaannya, namun usaha-usaha untuk meneliti dan menggali jejak-jejak peninggalannya perlu terus dilakukan
Dalam perjalanan dan perkembangan sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara digambarkan, Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia, di samping Kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai dan Tarumanegara. Bahkan, Kerajaan Tulang Bawang yang pernah ada di Pulau Sumatera (Swarna Dwipa) ini tercatat sebagai kerajaan tertua di Tanah Andalas. Hal itu dibuktikan dari sejumlah temuan-temuan, baik berupa makam tokoh-tokoh serta beberapa keterangan yang menyebut keberadaan kerajaan di daerah selatan Pulau Sumatera ini.

Kebudayaan Tulang Bawang adalah tradisi dan kebudayaan lanjutan dari peradaban Skala Brak. Karena dari empat marganya, yaitu Buai Bulan, Buai Tegamoan, Buai Umpu dan Buai Aji, di mana salah satu buai tertuanya adalah Buai Bulan, yang jelas bagian dari Kepaksian Skala Brak Cenggiring dan merupakan keturunan dari Putri Si Buai Bulan yang melakukan migrasi ke daerah Tulang Bawang bersama dua marga lainnya, yakni Buai Umpu dan Buai Aji.

Dengan demikian, adat budaya suku Lampung Tulang Bawang dapat dikatakan lanjutan dari tradisi peradaban Skala Brak yang berasimilasi dengan tradisi dan kebudayaan lokal, yang dimungkinkan sekali telah ada di masa sebelumnya atau sebelum mendapatkan pengaruh dari Kepaksian Skala Brak.

Kebudayaan Tulang Bawang yang merupakan penyimbang punggawa dari Kepaksian Skala Brak adalah satu kesatuan dari budaya-budaya dan etnis Lampung yang lainnya, seperti Keratuan Semaka, Keratuan Melinting, Keratuan Darah Putih, Keratuan Komering, Sungkai Bunga Mayang, Pubian Telu Suku, Buai Lima Way Kanan, Abung Siwo Mego dan Cikoneng Pak Pekon.

Pembagian dan pengaturan wilayah kekuasaannya diatur oleh Umpu Bejalan Diway berdasarkan daerah-daerah yang dialiri oleh sungai/way. Secara harfiah Bu-Way atau Buay berarti pemilik sungai/way atau pemilik daerah kekuasaan yang wilayahnya dialiri oleh sungai.

Semasanya, daerah ini telah terbentuk suatu pemerintahan demokratis yang di kenal dengan sebutan marga. Marga dalam bahasa Lampung di sebut mego/megou dan mego-lo bermakna marga yang utama. Di mana pada waktu masuknya pengaruh Devide Et Impera, penyimbang marga yang harus ditaati pertama kalinya di sebut dengan Selapon. Sela berarti duduk bersila atau bertahta. Sedangkan pon/pun adalah orang yang dimulyakan.

Ketika syiar ajaran agama Hindu sudah masuk ke daerah Selapon, maka mereka yang berdiam di Selapon ini mendapat gelaran Cela Indra atau dengan istilah yang lebih populer lagi di kenal sebutan Syailendra atau Syailendro yang berarti bertahta raja.

Mengenai asal muasal kata Tulang Bawang berasal dari beberapa sumber. Keberadaan Tulang Bawang, dalam berbagai referensi, mengacu pada kronik perjalanan pendeta Tiongkok, I Tsing. Disebutkan, kisah pengelana dari Tiongkok, I Tsing (635-713). Seorang biksu yang berkelana dari Tiongkok (masa Dinasti Tang) ke India dan kembali lagi ke Tiongkok. Ia tinggal di Kuil Xi Ming dan beberapa waktu pernah tinggal di Chang’an. Dia menerjemahkan kitab agama Budha berbahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina.

Berdasarkan catatan dari I Tsing, seorang penziarah asal daratan Cina menyebutkan, dalam lawatannya ia pernah mampir ke sebuah daerah di Tanah Chrise. Di mana di tempat itu, walau kehidupan sehari-hari penduduknya masih bersipat tradisional, tapi sudah bisa membuat kerajinan tangan dari logam besi yang dikerjakan pandai besi. Warganya ada pula yang dapat membuat gula Aren yang bahannya dari pohon Aren.

Sewaktu pujangga Tionghoa I Tsing datang melawat dan singgah melihat daerah Selapon, dari I Tsing inilah kemudian di sebut lahirnya nama Tola P’o-Hwang. Sebutan Tola P’o-Hwang dari ejaan Sela-pon. Sedangkan untuk mengejanya, kata Selapon ini di lidah I Tsing berbunyi So-la-po-un.

Berhubung orang Tionghoa itu berasal dari Ke’, seorang pendatang negeri Cina yang asalnya dari Tartar dan dilidahnya tidak dapat menyebutkan sebutan so, maka I Tsing mengejanya dengan sebutan to. Sehingga kata Selapon/Solapun disebutnya To-La P’o-Hwang (Suara Pembangunan, 2005).

Memang hingga kini belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan perkembangan kerajaan ini. Namun catatan Cina kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke 4 masehi seorang penziarah agama Budha bernama Fa-Hien (337-422) pernah melawat ke Sumatera. Waktu itu, ketika Fa-Hien melakukan pelayaran ke India dan Srilangka, tapi ia justru terdampar dan singgah di sebuah kerajaan bernama To-Lang P'o-Hwang (Tulang Bawang), tepatnya di pedalaman Chrise (Sumatera). Catatan Fa-Hien tersebut menjelaskan akan keberadaan wilayah Kerajaan Tulang Bawang. Namun dia tidak menyebut di mana persisnya letak pusat pemerintahan kerajaan ini.

Menurut riwayat turun temurun yang dituturkan, mengenai penamaan Tulang Bawang salah satu sumber menyebutkan bahwa sesuai dengan Kerajaan Tulang Bawang yang hingga kini belum di dapat secara mutlak, baik keraton maupun rajanya, demikian juga peninggalan-peninggalannya, bahkan abad berdirinya pun tidak dapat dipastikan, sipat-sipat ini sama halnya dengan sipat bawang. Bentuk bawang, dikatakan bertulang di mana tulangnya. Semakin dicari semakin hilang (kecil), sampai habis tak bertemu dengan tulangnya.

Riwayat kedua, menurut cerita-cerita dahulu raja Tulang Bawang ini banyak musuh. Semua musuh-musuhnya itu harus dibunuh. Karena tempat pembuangan mayat ini di bawang atau lebak-lebak yang akhirnya tertimbunlah mayat-mayat tersebut didalamnya, sampai tinggal tumpukan tulang-tulang manusia memenuhi bawang/lebak-lebak di sungai ini, maka di sebut Sungai Tulang Bawang.

Riwayat ketiga, pada zaman raja Tulang Bawang yang pertama sekitar abad ke IV masehi, dikisahkan permaisuri raja menghanyutkan bawang di sungai, yang sekarang di kenal dengan sebutan Way (Sungai) Tulang Bawang. Kemudian Permaisuri itu menyumpah-nyumpah “Sungai Bawang” lah ini. Semenjak itu, sungai tersebut dinamakan Sungai Tulang Bawang atau Kerajaan Tulang Bawang (Hi. Assa’ih Akip, 1976).

Bila menggunakan pendapat Yamin, maka penamaan Tolang P’o-Hwang akan berarti ”Orang Lampung” atau ”Utusan dari Lampung” yang datang ke negeri Cina dalam abad ke 7 masehi. Yamin mengatakan, perbandingan bahasa-bahasa Austronesia dapat memisahkan urat kata untuk menamai kesaktian itu dengan nama asli, yaitu tu (to, tuh), yang hidup misalnya dalam kata-kata tu-ah, ra-tu, Tu-han, wa-tu, tu-buh, tu-mbuhan dan lain-lain.

Berhubung dengan urat kata asli tu (tuh-to) menunjukkan zat kesaktian menurut perbandingan bahasa-bahasa yang masuk rumpun Austronesia, maka baiklah pula diperhatikan bahwa urat itu terdapat dalam kata-kata seperti to (orang dalam bahasa Toraja), tu (Makasar dan Bugis). Dengan demikian, To-Lang P’o-Hwang berarti To= orang dan Lang P’o-Hwang= Lampung. Sejak itu, orang-orang menyebut daerah ini dengan sebutan Lampung (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Lampung, 1977/1978).

Menurut tuturan rakyat, Kerajaan Tulang Bawang berdiri sekitar abad ke 4 masehi atau tahun 623 masehi, dengan rajanya yang pertama bernama Mulonou Jadi. Diperkirakan, raja ini asal-usulnya berasal dari daratan Cina. Dari namanya, Mulonou Jadi berarti Asal Jadi. Mulonou= Asal/Mulanya dan Jadi= Jadi. Raja Mulonou Jadi pada masa kemudiannya oleh masyarakat juga di kenal dengan nama Mulonou Aji dan Mulonou Haji.

Walaupun sudah sejak 651 masehi utusan dari Khalifah Usmar bin Affan, yaitu Sayid Ibnu Abi Waqqas sudah bertransmigrasi ke Kyang Chou di negeri Cina dan meskipun dikatakan utusan Tulang Bawang pernah datang ke negeri Cina dalam abad ke 7 masehi, namun rupanya orang-orang Lampung kala itu belum beragama Islam.

Setelah memerintah kerajaan, berturut-turut Raja Mulonou Jadi digantikan oleh putra mahkota bernama Rakehan Sakti, Ratu Pesagi, Poyang Naga Berisang, Cacat Guci, Cacat Bucit, Minak Sebala Kuwang dan pada abad ke 9 masehi kerajaan ini di pimpin Runjung atau yang lebih di kenal dengan Minak Tabu Gayaw.

Runjung (Minak Tabu Gayaw) memiliki 3 putra mahkota, masing-masing bernama Tuan Rio Mangku Bumi, Tuan Rio Tengah dan Tuan Rio Sanak. Tuan Rio Mangku Bumi pewaris tahta kerajaan di Pedukuhan Pagardewa, dengan hulubalang Cekay di Langek dan Tebesu Rawang. Sedangkan Tuan Rio Tengah mempertahankan wilayah Rantaou Tijang (Menggala) dan Tuan Rio Sanak mempertahankan wilayah daerah Panaragan dengan panglimanya Gemol (Minak Indah).

Dalam tuturan itu dikatakan juga, untuk mengawasi daerah perbatasan, seperti Mesuji, Teladas, Gedung Meneng, Gunung Tapa, Kota Karang Mersou, Gedung Aji, Bakung dan Menggala, masing-masing tempat tersebut di jaga oleh para panglimanya guna mengamankan wilayah dari serangan musuh, baik dari luar maupun dalam negeri sendiri.

Pada masa Minak Patih Pejurit (Minak Kemala Bumi) terlihat benar susunan struktur pertahanan ini. Tiap-tiap kampung dijaga oleh panglima-panglimanya. Seperti di Kampung Dente Teladas, dijaga Panglima Batu Tembus dan Minak Rajawali, dengan tugas pos pertahanan pertama dari laut.

Arah ke hulu, Kampung Gedung Meneng, Gunung Tapa dan Kota Karang, dengan panglimanya bernama Minak Muli dan Minak Pedokou. Untuk pertahanan, tempat ini dijadikan pusat pertahanan kedua. Sementara, Kampung Meresou atau Sukaraja, dijaga Panglima Minak Patih Ngecang Bumi dan Minak Patih Baitullah, yang bertugas memeriksa (meresou) setiap musuh yang masuk.

Minak Kemala Bumi atau di kenal Haji Pejurit merupakan keturunan raja Kerajaan Tulang Bawang yang telah beragama Islam. Ia lahir dan wafat pada abad ke 16 masehi. Minak Kemala Bumi salah satu penyebar agama Islam di Lampung dan keturunan ke sepuluh dari Tuan Rio Mangku Bumi, raja terakhir yang masih beragama Hindu.

Haji Pejurit atau Minak Patih Pejurit atau Minak Kemala Bumi mendalami ajaran agama Islam berguru dengan Prabu Siliwangi (Jawa Timur). Lalu ia memperistri putri Prabu Siliwangi bernama Ratu Ayu Kencana Wungu. Anak cucu dari keturunan mereka selanjutnya menurunkan Suku Bujung dan Berirung.

Selain catatan dan riwayat, bukti adanya Kerajaan Tulang Bawang, diantaranya terdapat makam raja-raja seperti Tuan Rio Mangku Bumi yang dimakamkan di Pagardewa, Tuan Rio Tengah dimakamkan di Meresou dan Tuan Rio Sanak dimakamkan di Gunung Jejawi Panaragan. Selain itu, ada pula makam para panglima yang berada di sejumlah tempat.

Tuturan rakyat lain mengatakan, raja Kerajaan Tulang Bawang bernama Kumala Tungga. Tak dapat dipastikan dari mana asal raja dan tahun memerintahnya. Namun diperkirakan Kumala Tungga memerintah kerajaan sekitar abad ke 4 dan 5 masehi (Sumber: Drs. Dafryus FA, Menggala, 2009).

Sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan pusat Kerajaan Tulang Bawang. Tapi ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan, pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang, yaitu antara Menggala dan Pagardewa, kurang lebih dalam radius 20 kilometer dari pusat ibukota kabupaten, Kota Menggala.

Meski belum di dapat kepastian letak pusat pemerintahan kerajaan ini, namun berdasarkan riwayat sejarah dari warga setempat, pemerintahannya diperkirakan berpusat di Pedukuhan, di seberang Kampung Pagardewa. Kampung ini letaknya berada di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, yang sekarang tempat itu merupakan sebuah kampung di Kabupaten Tulang Bawang Barat, pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang.

Mengenai pusat pemerintahan kerajaan ini, pada sekitar tahun 1960 terjadi peristiwa mistis yang dialami salah seorang warga Kampung Pagardewa bernama Murod. Kejadian yang dialaminya itu seakan menjadi sebuah ‘petunjuk’ akan keberadaan kerajaan yang sampai kini letak pusat pemerintahannya belum juga ditemukan secara pasti.

Waktu itu, Murod tengah mencari rotan di Pedukuhan. Kemudian ia ‘tersesat’ ke sebuah tempat yang masih asing baginya. Di tempat tersebut, Murod melihat rumah yang atapnya terbuat dari ijuk dan dipekarangannya terdapat taman. Di dalam rumah itu, dilihatnya ada kursi kerajaan terbuat dari emas, gong serta perlengkapan lainnya. (Hi. Assa’ih Akip, 1976 dan Hermani, SP, Pagardewa, 2009).

Meningkatnya kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke 7 masehi, di sebut dalam sebuah inskripsi batu tumpul Kedukan Bukit dari kaki Bukit Seguntang, di sebelah barat daya Kota Palembang mengatakan bahwa pada tahun 683, Kerajaan Sriwijaya telah berkuasa, baik di laut maupun di darat. Dalam tahun tersebut berarti kerajaan ini sudah mulai meningkatkan kekuasaannya.

Pada tahun 686, negara tersebut telah mengirimkan para ekspedisinya untuk menaklukkan daerah-daerah lain di Pulau Sumatera dan Jawa. Oleh karenanya, diperkirakan sejak masa itu Kerajaan Tulang Bawang sudah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya, atau daerah ini tidak berperan lagi di pantai timur Lampung.

Seiring dengan makin berkembangnya Kerajaan Che-Li P'o Chie (Sriwijaya), nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang sedikit demi sedikit semakin pudar. Akhirnya, dengan bertambah pesatnya kejayaan Sriwijaya yang di sebut-sebut pula sebagai kerajaan maritim dengan wilayahnya yang luas, sulit sekali untuk mendapatkan secara terperinci prihal mengenai catatan sejarah perkembangan Kerajaan Tulang Bawang.

Sumber lain menyebutkan, Kerajaan Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara Kerajaan Melayu dan Kerajaan Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan Sriwijaya, pengaruh ajaran agama Hindu sangat kuat. Orang Melayu yang tidak dapat menerima ajaran tersebut menyingkir ke Skala Brak. Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di Megalo dengan menjaga dan mempraktekkan budayanya sendiri yang masih eksis. Pada abad ke 7 masehi, nama Tola P'ohwang diberi nama lain, yaitu Selampung, yang kemudian di kenal dengan nama Lampung. (Akhmad Sadad)
Sumber : http://sadadakhmad.blogspot.com)
Baca Selengkapnya..

Rabu, 07 September 2011

Pesanmu



Ayah .... Untuk menemani ketenangan dalam kesunyianmu....aku tlah berusaha untuk me-nge-ja namaku dalam wasiatmu, aku butuh tetesan embun itu Ayah . . . . agar aku bisa melewati goncangan ini untuk bisa membaca pesan itu. Baca Selengkapnya..

Jumat, 26 Agustus 2011

BINTANG . . . . MAAPKAN AKU

BINTANG

Kan ku abaikan segala hasratku agar kau pun tenang dengannya
Kupertaruhkan semua ragaku demi dirimu bintang
Biarkanku menggapaimu, memelukmu, memanjakanmu…
Tidurlah kau dipeluk ku, dipeluk ku, dipeluk ku

Biarkan kupendam segala hasratku tuk miliki dirimu
Karena semua telah tersiratkan dirimu kan milik ku
Biarkan aku menggapaimu, memelukmu, memanjakanmu
Tidurlah kau dipeluk ku, dipeluk ku, dipeluk ku

Biarkan aku menggapaimu, memelukmu, memanjakanmu
Tidurlah kau dipeluk ku, dipeluk ku, dipeluk ku
Hingga kau impikan aku, impikan kita, impikan kita
Jangan pernah kau terjaga dari tidurmu dipelukan ku

Woo…..wooo…. Woooo peluklah aku

(By song Anima “Bintang”)<span class="fullpost">
MAAPKAN AKU
tak bisa ku lupa saat-saat indah bersamamu
semua cerita mungkin kini hanya tinggal kenangan
ku harus pergi meninggalkanmu di dalam sepiku
bukan inginku 'tuk menyakiti perasaanku
maafkan aku

maafkan aku yang tak bisa menunggu hatimu
lupakan saja diriku untuk selama-lamanya
ku harus pergi meninggalkanmu di dalam sepiku
bukan inginku tuk menyakiti perasaanmu
maafkan aku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

tidurlah sayangku mentari tlah menunggu
sambutlah pagi nanti dengan hati tersenyum
bermimpilah cinta dengan segenap rasa
kini tibalah saatnya kita harus berpisah

maafkanlah aku yang tak bisa menunggu
lupakan saja diriku untuk selama-lamanya

(by song Ungu “Maapkan aku”)



*Hanya Lirik sebuah lagu
tidak mempunyai arti apa-apa
yang tergores di ruang kosongku
kalaupun terdengar nyaring dan membekas dihatimu
Maapkan daku...
" selamat jalan, Ketenangan hatiku ada dalam kebersihan hatimu sendiri,
......Biarkanlah sumpahmu berlalu ....
</span>
Baca Selengkapnya..